Al-Qur'an Bukan Rekayasa Nabi Muhammad SAW


 Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh !

Saudara-saudari, kaum muslimin Rahimakumullah. Setiap penganut agama di dunia ini mempunyai sebuah kitab yang dianggapnya sebagai kitab suci. Orang Hindu mempunyai Kitab Wedha, Orang Budha mempunyai Kitab Tripitaka, Orang Yahudi mempunyai Kitab Taurat, Orang Nasrani mempunyai Kitab Injil, Penganut Konghucu mempunyai Kitab Tautehking, Orang Majusi mempunyai Kitab Zenavesta. Sementara kita, ummat Islam diberikan Kitab Al-Quran Al-Karim oleh Allah SWT. Mengapa kita meyakini bahwa Al-Qur’an ini sebagai kitab suci? Pertama, ia bebas dari intervensi dan investasi manusia. Ia sepenuhnya, baik isi maupun redaksi adalah produk dari Allah Subhanahu Wata’ala. Kita meyakini Al-Qur’an sebagai kitab suci karena sampai hari ini belum ada seorang pun yang sanggup membuat seperti itu. Suatu kitab hanya dinamakan suci jika dia bersih dari investasi dan intervensi manusia. Al-Qur’an ini, sejak turunnya berabad-abad yang lalu telah menantang orang-orang kafir dalam firman-Nya:

وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءكُم مِّن دُونِ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. (QS. 2:23)

Dalam ayat ini Allah swt. menyatakan, "Jika kamu sekalian masih ragu ragu tentang kebenaran Alquran dan mendakwakan Alquran buatan Muhammad, cobalah buat satu surah semisal ayat-ayat Alquran itu."

Kalau benar Muhammad yang membuatnya, niscaya kamu tentu sanggup pula membuatnya karena kamu pasti sanggup melakukan segala perbuatan yang sanggup dibuat oleh manusia. Ajak pulalah berhala-berhala yang kamu sembah, pembesar-pembesarmu, bersama-sama dengan kamu membuatnya karena kamu mengakui kekuasaan dan kebesaran berhala-berhala dan pembesar-pembesarmu itu.

Kemudian Allah menegaskan, jika kamu benar dalam pengakuanmu itu, tentu kamu sanggup membuatnya tetapi kamu adalah orang-orang pendusta, Alquran itu benar-benar diturunkan dari Allah karena itu mustahil manusia dapat membuatnya.

Ayat ini menunjukkan bahwa Alquran itu adalah mukjizat yang paling besar bagi Muhammad saw.

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

"Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya)--dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir."(QS. 2:24)

Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat pun dari ayat-ayat Alquran. Karena itu, hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Alquran. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Artinya: Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain." (Q.S Al Isra': 88) 

Kedua, kita meyakini Al-Qur’an sebagai kitab suci karena isi dan ajarannya sesuai dengan fitrah manusia. Suatu kitab dinamakan suci jika ajarannya sejalan dengan fitrah manusia. Misalnya, laki-laki memiliki nafsu terhadap perempuan dan perempuan suka terhadap laki-laki. Hal ini adalah fitrahnya sebagai manusia. Jika ada kitab suci yang melarang manusia untuk menikah maka kesucian kitab itu perlu diselidiki. Al-Qur’an adalah kitab suci yang sejalan dengan fitrah manusia maka ia menganjurkan manusia yang mampu untuk melangsungkan pernikahan. Contoh lain adalah secara fitrah manusia perlu makan. Jika ada kitab suci yang menyuruh manusia untuk puasa terus-menerus dari pagi sampai siang kemudian sore sampai malam lalu puasa lagi sampai pagi hari maka hal itu sama saja menyuruh manusia untuk mati. Al-Qur’an sesuai dengan fitrah manusia maka Islam melarang puasa wishol atau puasa nyambung artinya seseorang puasa dari mulai pagi hari sampai pagi kembali dan tidak berbuka pada saat magrib. Puasa seperti ini bukan hanya tidak boleh tetapi hukum melakukannya adalah haram. Kenapa? Karena hal itu bertentangan dengan fitrah manusia.

Ketiga, kita meyakini Al-Qur’an sebagai kitab suci karena isi Al-Qur’an tidak kontroversi artinya isinya tidak saling bertentangan satu sama lain. Dalam ayat manapun Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah itu esa. Contoh lainnya, jika satu kali Al-Qur’an menjelaskan sesuatu itu adalah haram maka ia akan tetap berkata bahwa sesuatu itu adalah haram. Jika sebuah kitab suci memiliki kontroversi, misalnya di satu ayat mengajarkan bahwa Tuhan itu satu tetapi di ayat lainnya mengajarkan bahwa Tuhan itu ada tiga, di ayat lain mengajarkan bahwa Tuhan itu ada empat maka nama kitab itu adalah kitab kacau. Bagaimana suatu kitab disebut suci kalau isinya kontroversi satu dengan yang lainnya?

Dari ketiga kriteria inilah kita meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci. Masalah yang akan kita bahas pada kesempatan ini adalah bagaimana sikap kita terhadap Al-Qur’anulkarim sebagai kitab suci. Berangkat dari sebuah hadits, dimana Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassallam pernah memberikan tawaran. Beliau bersabda, “Siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imam maka Al-Qur’an akan membimbing ia ke dalam surga tetapi siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an sebagai makmum maka Al-Qur’an akan mendorong ia ke dalam neraka.”

Pilihan itu terserah kepada kita, siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imam, ditempatkannya Al-Qur’an di depan, dia ikuti petunjuk dan ajaran Al-Qur’an maka Al-Qur’an akan membimbingnya ke dalam surga, baik surga dunia maupun surga akhirat. Tetapi sebaliknya, siapa saja yang menempatkan Al-Qur’an di belakangnya, dia belakangi Al-Qur’an, dia belakangi ajaran-ajaran dan perintah Al-Qur’an, dia menuruti hawa nafsunya dalam kehidupan maka Al-Qur’an akan mendorong ia ke dalam neraka, baik neraka dunia maupun neraka akhirat. 

Sumber: Ceramah KH. M. Zainuddin MZ (Sikap Kita Terhadap Al-Qur'an)
              Muslim Blogspot
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Leave a comment