MENUJU TEMARAM

KETIKA SENJA [Selasa, 07 Januari 1992 - 2014]
 
“Dengan bahasa yang lebih besar, dengan tanduk yang lebih tajam.” ~ SID
Saya memilih kutipan bajingan di atas sebagai pembuka karena secara estetika kalimat tersebut terdengar sangat anggun dan cocok untuk merepresentasikan apa yang saya rasakan. Sesungguhnya saat-saat ini saya sedang tidak memiliki banyak waktu untuk menulis catatan karena ada perkara yang begitu penting yang harus saya selesaikan dalam waktu yang secepat-cepatnya dan target yang setepat-tepatnya, tetapi saya berusaha meluangkan dan memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk menorehkan kata dan imajinasi saya.

Well, saat ini, untuk kesekian kalinya saya kembali tiba di usia yang semakin temaram. Setuju atau tidak, mau atau tidak, ini adalah ruang dan waktu yang harus saya lalui dan perjuangkan dengan sebaik mungkin. Selama hampir 21 tahun berada dalam kubangan waktu yang tidak jelas dan nihil akan apa-apa, kini saya datang membawa sekuntum harap dan terlihat lebih tegak menantang. Dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini seolah-olah menjadi mesin kontradiksi yang menendang paksa saya keluar dari dunia tidak jelas yang pernah saya tinggali sebelumnya. Dalam keadaan seperti ini, banyak hal yang mulai bergumul dan mengelilingi hidup saya. Mulai dari life style, integritas, paradigma, masa depan hingga perkara asmara yang tak bertuan. Setelah sekian lama berproses, ternyata waktu terasa begitu cepat dan singkat. Dikepung oleh ritme hidup, membuat saya tiba di sebuah persimpangan zaman yang penuh akan pilihan. Apakah saya akan mampu melalui hari-hari jahanam yang telah menanti dan menantang saya selama ini? Apakah saya akan bertarung dengan cara yang lebih gagah untuk melawan kejam dunia dan melibatkan banyak dendam dan cinta di dalamnya? Ataukah saya akan memasuki dunia baru yang lebih besar dengan membawa target dan perjuangan yang juga lebih besar?. Pertanyaan inilah yang sering datang dan menjadi teman menghisap ‘nicotine saya ketika senja.

Untuk saat ini, saya selalu bersyukur terhadap setiap inchi anugerah dan nikmat yang Tuhan berikan kepada saya. Mengingat usia yang terbilang cukup dewasa untuk menjadi lelaki budiman dan bertanggung jawab, sedikit demi sedikit saya mulai congkak melawan dunia yang begitu sporadis. Dan di detik ini adalah pembuktian bahwa usia saya sudah tidak lagi diluangkan untuk banyak ‘bermain-main’. Di usia yang temaram ini, bersama pijar matahari, saya memiliki sejuta harap dan mimpi-mimpi besar untuk cinta. Raga mungkin merapuh tetapi jiwa ini tidak. Disaat seperti ini, mau atau tidak saya harus belajar memanajemen ‘kenakalan’ dan menata sikap terhadap orang-orang dan lingkungan sekitar. Walau kadang-kadang penampilan masih amburadul dan terlihat seperti remaja 17 tahun yang sok ‘cool’ dan merasa sok alim, tetapi saya selalu berusaha untuk memahat kerangka berpikir saya agar tetap dewasa dan terbingkai indah. Persetan dengan persepsi buta ‘mainstream’ dengan apa yang saya lakukan. Sejak melepas lakon sebagai remaja dekil yang merasa sok dewasa, saya mulai berevolusi dengan alot, bertempur dengan ganasnya kedewasaan, mencoba mendefinisikan arti hidup dari berbagai macam aspek dan perspektif. Semakin saya tahu, semakin banyak yang belum diketahui. Semakin belajar, semakin banyak pula yang perlu dipelajari. Mungkin dunia yang absurd ini memang butuh pengorbanan dan perlawanan yang juga absurd.

Ketika badai datang, disaat pelik menghujam. Tanpa kenal waktu, siang-malam, sakit dan lelah. Perlahan saya mulai menyalakan mesin, menorehkan asa, dan mencoba menggapai setiap tujuan untuk menemukan kembali alasan kenapa saya harus tetap bertahan dan berdiri di tempat ini. Untuk integritas yang selama ini terabaikan, untuk jiwa yang selama ini hilang dan tenggelam. Meski berat dan tanpa ampun. Dengan harapan setinggi matahari dan kerja keras tiada henti, saya harus berderap lebih gagah untuk menggapai mimpi-mimpi agung yang selama ini tertunda. Saya baru menyadari, semakin dunia ini keji semakin saya kejam melawannya. Walau kadang hati ini beku dan jiwa ini terlampau lelah, tetapi saya selalu berusaha meledakkan satu granat cinta untuk melawan setiap dunia yang keji.

Bercumbu tentang asmara dan kisah hidup yang kelihatan belum teridentifikasi, masih bingung juga tetapi saya merasa tidak pernah takut akan kehilangan siapapun, karena bagi saya kehilangan adalah konsekuensi bahkan saya tidak takut akan apapun. Saya hanya takut pada musuh terbesar saya yang selama ini menghantui yaitu diri sendiri. Di era yang makin absurd dan tidak jelas ini, saya akan merasa sangat bersalah jika saya tidak bermanfaat baik bagi orang lain. Sebisa mungkin saya selalu berusaha memberi energi positif kepada setiap ‘dunia’ yang mendambakan api perubahan yang lebih baik. Untuk menjadi manusia yang ‘manusia’ dan bisa bermanfaat bagi orang lain, kita akan selalu bergelut pada dua sisi yang saling berlawanan. Jika kita bukan orang baik maka kita adalah orang jahat, jika kita bukan bagian dari solusi maka kita adalah bagian dari masalah. Karena itu, setiap problematika yang terjadi disekeliling, saya jadikan sebagai energi pelatuk untuk menghantam setiap badai yang menghadang. Kerinduan akan perubahan yang lebih bersinar tetap menjadi kerangka yang akan membingkai perjalanan hidup saya. Di saat seperti inilah saya belajar untuk tidak pernah meminta maaf kepada hidup, tidak pernah menyerah, tidak mau mengalah. Dan di tempat seperti ini saya akan memanggil badai untuk meruntuhkan semua masalah yang mengekang.

Meski lelah, bingung, dan kadang merasa kurang fotogenik namun untuk sesekali saya harus berteriak penuh murka dan berdiri tegak menantang. Suka atau tidak, inilah saya kini. Berandalan budiman dari Lombok yang terkadang lupa usia dan jalan pulang menuju rumahnya. Saat ini saya datang bersama senja dan api-api kecil yang terbuat dari mimpi-mimpi yang telah lama mati. Keresahan menimbulkan pernyataan dan pernyataan menimbulkan pertanyaan. Saya ingin berbagi keresahan dan kebahagiaan yang kecil ini kepada dunia. Kali ini saya datang, dengan bahasa yang lebih besar, dengan tanduk yang lebih tajam.

Bersulang!
[FIKI YUANDANA]

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Leave a comment