Dari Balik Keperkasaan Sang Garuda

'Dirgahayu Indonesia ke-66'


Dulu ketika Sang Proklamator masih di bumi Nusantara, Negeri ini begitu perkasa menunjukkan dirinya bersinar kepada dunia bersama laskar-laskar merah putih yang maju tak gentar melawan siksa para penjajah. Harta,  nyawa, jiwa, dan raga jadi taruhan untuk bertempur melawan kejahatan sadis kaum rakus pelaknat nusantara, itu demi meraih mimpi merah putih. Selalu ada cinta yang kuat demi kesatuan dan keutuhan satu nusa satu bangsa.  Suara mereka selalu menggema di atas udara Indonesia hingga sampai ke seluruh pelosok dunia, meneriakkan kemerdekaan bersama darah keringat dan tangis air mata serta rahmat Tuhan Yang Maha Esa. 

Sekarang mereka telah pergi meninggalkan kita, namun dedikasi mereka tidak akan pernah terlupa oleh Indonesia. Bung... sekarang aku sedang berkontemplasi dalam sedih,  aku bersyukur kau telah tiada. Aku tak bisa membayangkan bagaimana wajahmu saat melihat permata indah yang dulu selalu kau elus-elus kini menjadi begitu buram tak terlihat cemerlang  oleh kaum yang menggunakan kedangkalan emosi dan pikiran kotor yang sibuk saling sikat dan saling sikut meributkan kepentingannya sendiri. Belum lagi yang satu nusa satu bangsa satu nusa saling mangsa .

Dan lihat sekarang para elit politik. Ahh peduli amat dengan kepentingan organisasi atau partai politik yang banyak orang ributkan sekarang. Aku bingung entah mengapa semua egois dan rasa sinis membela kepentingannya sendiri. Sekarang banyak partai-partai saling ribut, Elit-elit (termasuk anak perampuanmu Bung :D) bahkan kadang tak mau saling bersalaman karena sudah berbeda jalan pemikiran. Belum lagi ekstrimist yang saling curigaan, saling sinis, merasa paling benar. Aku tidak tahu jelas entah apa yang terjadi di Indonesiaku sekarang. Lihat TV sekarang! Orang-orang disana sedang ribut saling menyalahkan satu sama lain saling mangsa satu bangsa. Mereka begitu riang dan gembira bila ada kelompok lawan atau partai yang sedang ditimpa masalah. Indonesia yang sekarang  tidak sesangar Indonesia yang dulu aku dengar lewat tulisan, cerita, dan sejarahmu.

Mungkin mata mereka tak lagi melihat Indonesia, seperti matamu...


LUKA INDONESIA

Indonesia....
Ia merangkak bersama curahan darah hitam dan hujan air mata
Terus mengalir deras ditubuhnya
Wajahnya muram terselimuti hamparan debu hitam
Bunga-bunga negeri yang dulu ditanam dan tersiram
Lunglai oleh tangan-tangan kotor berlumuran darah
Dan aku duduk di sini menatap laut dan indahnya ombak
Di sebuah rangkaian tanah nan indah bertuliskan nusantara
Di sana aku lihat dan dengar tangis air mata dari Indonesia
Ia tersakiti para pemberontak bengis bangsanya
Rakus nan jahat berderu bersama nafas sesak dari  Indonesia

~F.Y~

Andai waktu bisa diputar kembali aku ingin duduk berdua bersama Bung Karno (ga mungkin... hha), menikmati secuil indahnya bersama dan berbagi sejarah sambil menatap optimisme masa depan nusantara.



These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Leave a comment