Prahara IP: Antara Pelaku, Juara, dan Petualang


Sebelum saya menulis narasi ini, tentu saya harus menyiapkan mental yang cukup kuat. Karena kemungkinan diluar sana banyak orang yang akan tidak suka dengan tulisan ini, atau mungkin dengan saya juga. Sebenarnya sejak semester awal saya agak sedikit resah dengan mereka yang menggunakan ‘kedangkalan dan jalan pintas’ untuk meraup hasil pendidikan yang tinggi. Alhasil saya dan  beberapa teman lain yang ‘berusaha menempatkan diri menjadi mahasiswa baik-baik’ merasa ada ketidakadilan ketika hasil ujian sudah dibagikan. Bagi mereka yang ‘dungu’ dan belum menguasai karakter pengawasan dalam ujian akan melakukan sedikit usaha, walau pun belajarnya ketika mendekati hari ‘H’, saya kira itu lebih baik dibanding dengan yang tidak belajar. Sedang bagi mereka yang ‘cerdik’ dan sudah menguasai karakter pengawasan dalam ujian akan melakukan banyak cara ketika akan berhadapan dengan ujian. Saya pikir mereka juga belajar akan tetapi dengan tipikal yang agak sedikit berbeda dengan point pertama di atas. Bahkan sangking giatnya, mereka belajar dengan porsi yang cukup banyak. Selain belajar di rumah/di kampus mereka juga ‘belajar’ ketika sudah berhadapan dengan kertas ujian. Disini tipikal ‘belajar’ mereka sesuai kecerdikan masing-masing individu, dan tentu harus dilakukan secara rahasia dan terselubung. Tidak perlu menyebutkan caranya, mungkin anda sudah bisa menganalisa dan menebak tipikal seorang pelaku pendidikan dalam point kedua di atas. 

Esensi dalam memaknai dan mencapai hasil pendidikan yang maksimal sesungguhnya akan terlihat dari sejauh mana kita menepatkan diri kita sebagai mahasiswa yang semestinya. Bukan selalu tentang pencapaian nilai sempurna, juga bukan tentang siapa yang kalah dan menang dalam pertarungan kelas. Di sini hanya perlu kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab. Okelah! Bagi kita yang pernah melakukan ‘ketidakjujuran’ dalam ujian saya kira tak masalah semasih kita bisa memepertanggung jawabkan hasil yang sudah kita dapat. Akan tetapi pada kenyataannya sebagian dari kita yang pernah meraup hasil pendidikan (nilai) yang tinggi tidak mampu mempertanggung jawabkan nilai yang didapat, bahkan ada yang tidak menduga nilainya akan tinggi. Persisnya saya tidak tahu, apakah karena takut, malu, atau hal lainnya sehingga dalam keseharian di kelas maupun di luar, mereka seperti biasa saja. Karena saya juga tidak tahu apa yang ada dikepala mereka, nilai sempurna?, esensi pendidikan? atau hanya sekedar berpetualang mencari pengalaman?. 

Beragam cerita yang saya dengar tentang misi mereka skolah/kuliah, ada yang sekedar berpetualang (masuk, bolos, & keluar kelas sesuka hati), ada yang sugguh-sugguh mencari ilmu, dan yang paling sering saya dengar adalah mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya. Ok, mengenai nilai tidak masalah itu hal yang wajar untuk semua kalangan akademis, namun setidaknya dibarengi dengan tindakan yang jujur dan bertanggung jawab tanpa mengurangi esensi dari pendidikan tersebut. Mungkin semua orang bisa mendapatkan nilai tinggi, akan tetapi tidak semua orang yang mendapatkan nilai tinggi bisa mendapat esensi dari pendidikan yang mereka jalani. Bukan berarti saya menganggap nilai itu kurang penting, nilai itu sangat penting karena itu juga merupakan bagian dari ambisi setiap akademis. Sekali lagi, di sini adalah bukan mengenai pencapaian nilai tunggal semata, namun juga lebih ke hati dan pemikiran, sejauh mana cara kita bertindak dan berpikir dengan lebih baik setelah mengenyam pendidikan tersebut. Bukan selalu cerita tentang perebutan singgasana teratas, siapa yang kalah tertinggal dan yang menang berjaya. Jangan terlalu mendewakan nilai, terutama yang didapat melalui 'cara haram'. Nilai sebagai simbolitas saja bukan menjadi panglima utama dalam meraih mahkota pendidikan. Percuma nilai tinggi tapi hasil dari ketidakjujuran, dan yang paling parah adalah tidak bisa mempertanggung jawabkannya. Nilai yang tinggi itu perlu, akan tetapi agar nilai tersebut dapat diuji kredibilitas dan akuntabilitasnya, alangkah baiknya dilakukan dengan jujur sehingga bisa memunculkan tindakan dan pemikiran yang positif dan bertanggung jawab, itulah yang menjadi panglima utamanya. Bagi saya mereka yang melakukan itu layak menyandang gelar sang juara. (Bersambung....)
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Leave a comment